Mechanical Engineering Computer Aided Design (CAD) dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK setiap tahunnya menjadi bidang lomba dengan jumlah peserta yang tak banyak. Namun, pada LKS SMK tahun ini, jumlah peserta bidang lomba Mechanical Engineering CAD bertambah secara signifikan. Ada beberapa provinsi yang sebelumnya tidak pernah mengirimkan perwakilannya untuk bidang lomba ini, sekarang sudah memiliki perwakilan untuk bertanding di LKS SMK 2019. Hal tersebut diungkapkan Juri LKS 2019 Bidang Lomba Mechanical Engineering CAD, Sugiyarto Triwibowo.
“Tahun ini luar biasa peminatnya. Sangat signifikan peningkatannya. Beberapa tahun terakhir (jumlah peserta) stagnan di angka 14-15 orang. Tahun ini meningkat jadi 20 peserta, jadi ada 20 provinsi yang turut serta dalam lomba ini. Ada beberapa provinsi yang sebelumnya belum pernah ikut, sekarang ikut, misalnya Papua dan Papua Barat. Apapun hasilnya, itu sudah luar biasa dan mereka bersedia dan mau untuk ikut ini,” ujar Sugiyarto di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (11/7/2019). UNY menjadi lokasi LKS SMK 2019 untuk beberapa bidang lomba yang terkait dengan teknik mesin dan teknologi informasi, salah satunya Mechanical Engineering CAD.
Selain Papua dan Papua Barat, provinsi lainnya yang baru pertama kali mengirimkan perwakilannya di bidang lomba ini adalah Kalimantan Utara. Sebagai juri LKS yang rutin berpartisipasi dalam LKS dan World Skills Competition (WSC), Sugiyarto mengaku sangat senang akan keterlibatan provinsi-provinsi tersebut dalam LKS tingkat nasional ini. Ia menambahkan, bahkan untuk ajang kompetensi di tingkat dunia, yaitu WSC, tahun ini juga mengalami peningkatan pesat dalam jumlah peserta. “Sebelumnya maksimal 27 negara, tahun ini ada 31 negara yang ikut bidang lomba Mechanical Engineering CAD,” katanya.
Menurutnya, peningkatan peminat dalam bidang lomba ini disebabkan oleh faktor menariknya mempelajari Mechanical Engineering CAD. “Menurut saya menantang, ya. Menantang dengan tidak harus mengeluarkan energi fisik, tapi lebih ke skill dan knowledge,” tutur Sugiyarto yang juga menjadi instruktur di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) BOE Malang, Jawa Timur.
Bidang lomba Mechanical Engineering CAD dalam LKS 2019 diikuti oleh siswa SMK jurusan Teknik Mesin. Sekilas, bidang lomba ini memang terlihat sulit. Namun, Sugiyarto memiliki strategi untuk memotivasi para peserta dalam mengerjakan semua modul lomba. “Saya tidak pernah menyebut kata sulit. Saya mengajarkan ke anak-anak jangan pakai kata sulit, tapi menantang dan menarik. Nah, itu kata kuncinya! Karena itu sangat berpengaruh kepada motivasi. Kalau dianggap menantang dan menarik pasti menimbulkan motivasi yang semakin tinggi,” ujarnya.
Aspek pembelajaran di sekolah juga menjadi faktor sedikitnya peserta bidang lomba ini dalam LKS SMK. Menurut Sugiyarto, untuk pembelajaran di sekolah biasanya gambar mesin hanya sampai di gambar manual. Namun ia mengakui sudah ada sekolah-sekolah yang mengajarkan siswanya sampai ke Computer Aided Design (CAD), yaitu membuat desain dengan menggunakan bantuan kompuer. “Kelebihannya banyak kalau kita mendesain dengan bantuan komputer atau CAD. Pada saat kita ingin membuat suatu modifikasi, maka dengan cepat kita akan mengerjakannya dan bisa kita cetak kapanpun, berapapun jumlahnya, bahkan bisa kita kirim ke manapun di dunia ini dengan bantuan jaringan internet,” katanya.
Sugiyarto menuturkan, di LKS SMK, Mechanical Engineering CAD adalah bidang lomba untuk perancangan gambar permesinan, hingga sampai modul mechanical design challenge, yaitu tantangan untuk membuat suatu modifikasi produk. “Jadi lomba ini menggunakan software Autodesk Inventor versi 2018. Ada empat modul yang dilombakan. Yang pertama adalah Mechanical Assembly and Detail Drawing for Manufacture. Itu biasanya diberikan dalam bentuk hardcopy, lalu mereka harus menggambar dalam bentuk tiga dimensi, kemudian ada perintah untuk membuat gambar kerja, rendering, dan animasi,” tutur Sugiyarto.
Modul kedua adalah Mechanical Fabrication atau fabrikasi mekanik. Lalu ada modul Reverse Engineering, di mana peserta diberikan model asli benda atau suatu komponen, lalu mereka harus mengukurnya dan menggambarnya di komputer, kemudian hasilnya menjadi gambar kerja. “Gambar kerja tadi itu kalau di kehidupan nyata di industri, itu akan jadi bahasa teknik yang dikirim ke operator untuk diproduksi. Kurang lebih seperti itu,” jelas Sugiyarto.
Dalam bidang lomba ini, peserta memproduksi atau membuat gambar animasi termasuk proses rendering untuk presentasi, video animasi, atau gambar-gambar yang di-explode. “Kalau gambar di-explode itu sering kita jumpai pada manual book. Misalnya konsumen membeli suatu produk, lalu kalau dia ingin merakit atau membongkar biasanya dilengkapi gambar itu, dan gambar itu membuatnya di sini (Mechanical Engineering CAD),” kata Sugiyarto.
Saat memberikan penilaian, juri melihat kemampuan menggambar para peserta, baik dari segi pengetahuan (knowledge) maupun keterampilan (skill). “Apa yang kita nilai adalah hasil berupa gambar kerja atau dalam bentuk image rendering, atau animasi video. Kalau di tingkat dunia (WSC) sampai ke 3D Printing, jadi dicetak dalam bentuk tiga dimensi dengan material plastik tertentu,” jelasnya. Peserta diberikan total waktu selama 16 jam dalam tiga hari lomba, dengan rincian Mechanical Assembly selama enam jam, Reverse Engingeering selama empat jam, Mechanical Design Challenge selama tiga jam, dan Mechanical Fabrication selama tiga jam. Sementara dalam World Skills Competition (WSC), bidang lomba ini memakan waktu selama 22 jam yang terdistribusi ke dalam empat hari. (Desliana Maulipaksi)