Walaupun struktur tanda dalam lukisan Agu pecah dan terpisah, serta banyak tumpukan layer dan dimensi akibat pemilihan berbagai gaya visual, hal tersebut tidak menjadi kekurangan karya Agustan. Kesatuannya malah menjadi kekuatan dan daya ganggu pada karyanya. Membedakan karya-karya Agu dengan karya seniman lainnya.
Mungkin banyak diantara kita yang merasa bingung menarik makna lukisan Agu secara utuh. Hal ini terjadi karena konsep berkarya seniman ini memang tidak untuk bernarasi secara spesifik. Baginya seni bukan hanya persoalan makna, seni itu adalah kehadiran. Dimana jiwa senimannya ikut hidup dalam karya-karyanya. Karya ini yang nantinya menjadi diri yang lain, yang hidup, eksis dan berelasi dengan lingkungannya di ruang dan waktu yang berbeda.
Agu membuka semesta makna melalui lukisan-lukisannya. Kemerdekaan berpikir dan mengambil sudut pandang diserahkan sepenuhnya pada pengamat. Sejalan dengan pendapat Derrida, bahwa pemaknaan itu akan selalu mengalami penundaan. Tidak ada makna yang absolut. Makna segala sesuatu akan berubah dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda, dan oleh orang yang berbeda pula. Disinilah kehadiran Agu dalam lukisannya membuka interaksi dan dialog dengan apresiator karyanya. Interaksi yang terjalin ini nantinya menentukan penghargaan, peran dan makna eksistensinya dimasa yang akan datang.
Seni memang selalu membuka keserba-kemungkinan pemikiran. Menjadi motor perkembangan peradaban. 2Madison sebagai salah satu ruang yang mewadahi kegiatan seni dan desain patut diapresiasi. Kehadirannya menjadi saksi peristiwa seni dan estetika. Kita patut berbangga dengan kehadiran ruang seni seperti ini. Tidak hanya memberikan penghiburan pada batin, tapi juga penyegaran pada pemikiran kita.
Rifki Aswan(2/12/2019)