Seperti yang dijelaskan sebelumnya, proses penciptaan Agu berangkat dari ide, pendapat atau pandangannya terhadap sesuatu. Ide ini yang kemudian diwujudkan dalam konsep visual. Yang menarik adalah konsep yang direncanakan ini tidak dalam wujudnya yang final. Agu membiarkan visualisasinya terus berkembang seirama dengan aktualitasnya dalam mempersepsi ruang dan waktu. Penentuan objek yang ditampilkan dalam lukisan dituntun oleh intuisi dan rasanya saat menggoreskan cat pada kanvas.
Eksplorasi pencarian bentuk artistik melalui proses imajinasi, pengamatan langsung, dan penggunaan media virtual secara aktual, membuka peluang keserba-kemungkinan wujud. Dimana Agu sebagai seniman sendiri tidak dapat membayangkan seperti apa wujud akhir karyanya. Visualisasinya dituntun oleh perasaannya selama aktivitas melukis, sehingga banyak rangkaian tanda yang saling terputus satu sama lain. Rangkaian tanda ini tampil bagaikan pecahan-pecahan teks yang tersebar dalam bidang lukisannya.
Spontanitas pemilihan objek pada lukisan Agu menciptakan tumpukan layer dan kesan dimensi yang berbeda. Visualisasinya menggunakan beberapa gaya yang berbeda, seperti teknik realis, surealis, juga dekoratif dalam satu frame lukisan. Kebentukan dan dimensinya diharmonisasikan dalam tampilan imajinatif. Misalnya Ikan bersayap yang terbang, balon yang mempunyai batang menyerupai pohon, serta boneka sarung yang seolah hidup, diilustrasikan dalam satu lukisan utuh. Semuanya tampil harmonis dalam ekosistem semesta ruang lukisan Agu. Irrasionalitas Kebentukan objek diatasi oleh logika imajinasi. Dimana segala sesuatu dapat menjadi mungkin dalam ruang imajinasi.