Setiap lukisan yang dipamerkan kali ini menampilkan jejak pemikiran dan perasaan pelukisnya. Pengungkapannya tidak dengan narasi simbolik yang terencana, tapi lebih mengalir dengan intuisinya. Wujudnya berupa pecahan/fragmen pemikiran dan perasaan yang spontan. Berjalan dinamis seirama dengan ke’diri’annya sebagai subjek yang mempersepsi dalam ruang dan waktu.
Fragmen pemikiran dan perasaan ini merupakan representasi pengaruh berbagai dimensi kehidupan, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, politik, budaya, ideologi, maupun seksualitas. Letaknya tersebar dalam bidang lukisannya. Tersimbolisasi melalui rangkaian kecil tanda yang terpisah dari tanda lainnya. Lukisan Agu memperlihatkan divergensi manusia dalam menanggapi kehidupan. Bahwa diwaktu dan ruang yang sama, manusia dihadapkan dengan berbagai tantangan dan masalah berbeda. Tentu saja hal tersebut menyita perhatian dan mempengaruhi manusia dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Kemanusiaan yang diartikulasikan Agustan dalam lukisannya bukan mengenai etika, rasa empati atau idealnya seorang manusia. Kemanusiaan yang dimaksud disini lebih kepada menampilkan manusia apa adanya, yang selalu terhubung dan terpengaruh oleh dimensi kehidupannya. Dimana tiap tindakan diputuskan melalui pertimbangan situasi yang dihadapinya. Agu juga menyelipkan gejolak emosi sebagai bagian dari kemanusiaan itu sendiri. Cerminan lukisannya menghadirkan empati, gairah, amarah, terkadang juga sinis dan benci. Itulah wujud kemanusiaan yang apa adanya. Bersitegang diantara baik dan buruk, Benar dan salah, ataupun amal dan dosa.